Hidup adalah pilihan, begitulah katanya. Kata dia,
seorang gadis bermata biru yang sering aku sebut dalam tiap doa. Menerima
dirinya, menyatu pada dunianya, bagai menelan mentah buah simalakama. Terasa begitu
pahit, namun begitu legit, itulah kamu wahai gadis bermata biru. Nasibmu dan
nasibku bagai pinang dibelah kapak tumpul. Tidak rata, dan tidak seirama. Tak
bisa menyatu, tak bisa mencapai
Comments
Post a Comment